Aku ingin mengabadikan artikel ini dalam entry kali supaya aku dapat kongsi dengan saudara seislam dan sebagai koleksi peribadi untuk aku menghayati sepanjang masa. Terima kasih pada rakanku yang mengemailkan untuk tatapan muslimnet di ofis dan ku entrykan pulak untuk tatapan yang lain disini.
Penulis : Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri
Penterjemah : Hanif Yahya, Lc. Et al
DETIK PERPISAHAN
Ketika dakwah telah sempurna dan Islam telah menguasai keadaan, tanda-tanda perpisahan dengan kehidupan dan dengan orang-orang yang masih hidup mulai dilihat dan terasa dalam perasaan beliau, dan semakin jelas lagi dari perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatannya.
Pada bulan Ramadhan tahun 10 Hijriyah, Rasulullah s.a.w beri'tikaf selama dua puluh hari, dimana pada (tahun-tahun) sebelumnya beliau tidak pernah beri'tikaf kecuali sepuluh hari saja, dan malaikat Jibril bertadarrus al-Quran dengan beliau sebanyak dua kali.
Pada Haji Wada' beliau s.a.w bersabda, "Sesungguhnya aku tidak mengetahui, barangkali setelah tahun ini aku tidak akan berjumpa lagi dengan kalian dalam keadaan seperti ini selamanya."
Dan beliau bersabda pada saat melempar Jumrah Aqabah, "Tunaikanlah manasik (haji) kalian sebagaimana aku menunaikannya,barangkali aku tidak akan menunaikan haji lagi setelah tahun ini."
Dan telah diturunkan kepada beliau di pertengahan hari tasyriq surat an-Nashr, sehingga beliau mengetahui bahwa hal itu adalah perpisahan, dan merupakan isyarat akan (dekatnya) kepergian beliau untuk selama-lamanya. Di awal bulan Safar tahun 11 Hijriyah, beliau pergi menuju Uhud, kemudian melakukan shalat untuk para syuhada', sebagai (ungkapan) perpisahan bagi orang-orang yang masih hidup dan yang telah mati. Kemudian beranjak menuju mimbar, dan bersabda,
"Sesungguhnya aku akan mendahului kalian dan menjadi saksi atas kalian. Demi Allah,sesungguhnya aku sekarang benar-benar melihat telagaku, dan telah diberikan kepadaku kunci-kunci perbendaharaan bumi atau kunci-kunci bumi, dan demi Allah, sesungguhnya aku tidak mengkhawatirkan kalian akan melakukan kesyirikan sepeninggalku nanti, akan tetapi yang aku khawatirkan terhadap kalian adalah kalau kalian berlomba-lomba di dalam merebut kekayaan dunia. " [ Muttafaq 'alaih, Shahih al-Bukhari/II/585 ]
Pada pertengahan suatu malam Rasulullah s.a.w keluar menuju (kuburan) Baqi' untuk memohonkan ampunan bagi mereka, Beliau bersabda,
"Semoga keselamatan atas kalian, wahai ahli kubur, selamat atas apa yang kalian alami (pada saat ini) sebagaimana yang telah dialami orang-orang (sebelumnya). Fitnah-fitnah (berbagai cobaan) telah datang bagai sepotong malam gelap gulita, yang datang silih berganti, yang datang belakangan lebih buruk dari pada yang sebelumnya."
Kemudian Beliau memberikan kabar gembira kepada mereka dengan bersabda, "Sesungguhnya kami akan menyusul kalian."
PERMULAAN SAKIT
Penterjemah : Hanif Yahya, Lc. Et al
DETIK PERPISAHAN
Ketika dakwah telah sempurna dan Islam telah menguasai keadaan, tanda-tanda perpisahan dengan kehidupan dan dengan orang-orang yang masih hidup mulai dilihat dan terasa dalam perasaan beliau, dan semakin jelas lagi dari perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatannya.
Pada bulan Ramadhan tahun 10 Hijriyah, Rasulullah s.a.w beri'tikaf selama dua puluh hari, dimana pada (tahun-tahun) sebelumnya beliau tidak pernah beri'tikaf kecuali sepuluh hari saja, dan malaikat Jibril bertadarrus al-Quran dengan beliau sebanyak dua kali.
Pada Haji Wada' beliau s.a.w bersabda, "Sesungguhnya aku tidak mengetahui, barangkali setelah tahun ini aku tidak akan berjumpa lagi dengan kalian dalam keadaan seperti ini selamanya."
Dan beliau bersabda pada saat melempar Jumrah Aqabah, "Tunaikanlah manasik (haji) kalian sebagaimana aku menunaikannya,barangkali aku tidak akan menunaikan haji lagi setelah tahun ini."
Dan telah diturunkan kepada beliau di pertengahan hari tasyriq surat an-Nashr, sehingga beliau mengetahui bahwa hal itu adalah perpisahan, dan merupakan isyarat akan (dekatnya) kepergian beliau untuk selama-lamanya. Di awal bulan Safar tahun 11 Hijriyah, beliau pergi menuju Uhud, kemudian melakukan shalat untuk para syuhada', sebagai (ungkapan) perpisahan bagi orang-orang yang masih hidup dan yang telah mati. Kemudian beranjak menuju mimbar, dan bersabda,
"Sesungguhnya aku akan mendahului kalian dan menjadi saksi atas kalian. Demi Allah,sesungguhnya aku sekarang benar-benar melihat telagaku, dan telah diberikan kepadaku kunci-kunci perbendaharaan bumi atau kunci-kunci bumi, dan demi Allah, sesungguhnya aku tidak mengkhawatirkan kalian akan melakukan kesyirikan sepeninggalku nanti, akan tetapi yang aku khawatirkan terhadap kalian adalah kalau kalian berlomba-lomba di dalam merebut kekayaan dunia. " [ Muttafaq 'alaih, Shahih al-Bukhari/II/585 ]
Pada pertengahan suatu malam Rasulullah s.a.w keluar menuju (kuburan) Baqi' untuk memohonkan ampunan bagi mereka, Beliau bersabda,
"Semoga keselamatan atas kalian, wahai ahli kubur, selamat atas apa yang kalian alami (pada saat ini) sebagaimana yang telah dialami orang-orang (sebelumnya). Fitnah-fitnah (berbagai cobaan) telah datang bagai sepotong malam gelap gulita, yang datang silih berganti, yang datang belakangan lebih buruk dari pada yang sebelumnya."
Kemudian Beliau memberikan kabar gembira kepada mereka dengan bersabda, "Sesungguhnya kami akan menyusul kalian."
PERMULAAN SAKIT
Pada tanggal 28 atau 29 bulan Safar tahun 11 hijriyah (hari Senin) Rasulullah s.a.w menghadiri penguburan jenazah seorang sahabat di Baqi'. Ketika kembali, di tengah perjalanan beliau merasakan pusing di kepalanya dan panas mulai merambat pada sekujur tubuhnya sampai-sampai mereka (para sahabat) dapat merasakan pengaruh panasnya pada sarban yang beliau pakai. Nabi s.a.w shalat bersama para sahabat dalam keadaan sakit selama sebelas hari, sedangkan jumlah hari sakit beliau adalah 13 atau 14 hari.
MINGGU TERAKHIR
Penyakit Rasulullah s.a.w semakin berat, sehingga beliau bertanya-tanya kepada isteri-isterinya "Di mana (giliran) ku besok? Di mana (giliran) ku besok? Mereka pun memahami maksudnya, sehingga beliau diizinkan untuk berada pada tempat yang beliau kehendaki. Kemudian beliau pergi ke tempat Aisyah, beliau berjalan dengan diapit oleh al-Fadhl bin al-Abbas dan Ali bin Abi Thalib r.a sedangkan kepalanya diikat dengan kain, dan beliau melangkahkan kedua kakinya hingga memasuki bilik Aisyah. Beliau menghabiskan minggu terakhir dari detik-detik kehidupannya di sisi Aisyah r.a. Aisyah membaca Mu'awwidzat (al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas) dan doa yang dihafal dari Rasulullah s.a.w, kemudian meniupkannya pada tubuh Rasulullah s.a.w dan mengusapkan tangannya dengan mengharap keberkahan dari hal tersebut.
LIMA HARI SEBELUM WAFAT
Hari Rabu, lima hari sebelum wafat, demam menyerang seluruh tubuhnya, hingga sakitnya pun semakin parah dan beliau pengsan kerananya. Ketika sedar beliau berkata,
"Siramkanlah kepadaku tujuh gayung air yang berasal dari sumur yang berbeda-beda,sehingga aku bisa keluar menemui para sahabat untuk menyampaikan amanat kepada mereka."
Mereka mendudukkan beliau di sebuah bejana kemudian menyiramkan kepadanya air tersebut, hingga beliau berkata, "Cukup, cukup!"
Pada saat itu beliau membaik, kemudian masuk ke dalam masjid dalam keadaan kepala diikat dengan sarban berwarna hitam, lalu duduk di atas mimbar. Beliau berkhutbah di hadapan para sahabatnya yang berkumpul di sekelilingnya, beliau berkata, "Laknat Allah atas orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid."
Dalam sebuah riwayat yang lain disebutkan, "Semoga Allah membinasakan orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka telah menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid." [Shahih al-Bukhari, 1/62 dan Muwaththa' Imam Malik hal 360.]
Kemudian berkata, "Janganlah kalian jadikan kuburanku sebagai berhala yang disembah."[ Muwaththa' Imam Malik hal. 65.]
Dan pada saat itu, Rasulullah s.a.w menawarkan dirinya untuk diqishash (menerima balasan) dengan berkata,
"Barangsiapa yang pernah aku pukul punggungnya, maka inilah punggungku pukullah ia. dan barangsiapa yang pernah aku hina harga dirinya maka inilah harga diriku, hinalah ia."
Setelah itu beliau turun (dari mimbar) untuk melaksanakan shalat Zhuhur, kemudian duduk di atas mimbar dan mengulangj perkataannya yang pertama tentang permasalahan (antar sesama) dan yang lainnya. Ada seseorang berkata,
"Sesungguhnya engkau memiliki hutang kepadaku tiga dirham,
" Beliau berkata, "Bayarkan kepadanya (hutangku) wahai Fadhl!"
Lalu beliau berwasiat tentang kaum Anshar, "Aku mewasiatkan kepada kalian tentang kaum Anshar, sesungguhnya mereka adalah kelompokku dan penolongku. Mereka telah benar-benar menyelesaikan tugas yang telah dibebankan kepada mereka dan yang tersisa adalah hak-hak mereka. Maka terimalah kebaikan mereka dan maafkanlah kesalahan mereka."
Di dalam riwayat yang lain Rasulullah s.a.w berkata, "Sesungguhnya manusia itu banyak dan kaum Anshar itu sedikit, sehingga mereka bagaikan garam pada makanan. Maka barangsiapa di antara kalian yang memegang tampuk kekuasaan yang di dalamnya ia merugikan seseorang atau menguntungkannya maka terimalah kebaikannya dan maafkanlah kesalahannya (kekurangan mereka)," [Shahih al-Bukhari, I/536]
Kemudian beliau berkata, "Sesungguhnya ada seorang hamba yang diminta untuk memilih satu dari dua hal oleh Allah, antara diberikan kepadanya segala kemewahan dunia sesukanya, atau diberikan kepadanya apa yang ada di sisiNya. Maka ia memilih apa yang ada di sisiNya."
Abu Sa'id Al-Khudhri berkata, "Abu Bakar pun menangis, dan berkata (kepada Rasulullah s.a.w) "Bapak dan ibu kami sebagai tebusan bagimu," sehingga kami menjadi heran kepadanya. Para sahabat pun berkata, "Lihatlah orang tua ini (Abu Bakar)! Rasulullah s.a.w mengabarkan tentang seorang hamba yang diberi Allah kesempatan untuk memilih antara diberikan kepadanya kemewahan dunia atau apa yang ada di sisiNya, malah ia (Abu Bakar) mengatakan, "Bapak dan ibu kami sebagai tebusan bagimu." Ternyata Rasulullah s.a.w itu sendirilah orang yang diberi kesempatan memilih, sedangkan Abu Bakar adalah orang yang paling berilmu diantara kami.
Selanjutnya Rasulullah si berkata, "Sesungguhnya orang yang paling aku percaya dalam persahabatan dan hartanya adalah Abu Bakar, seandainya aku menjadikan seseorang sebagai kekasihku (khalilku) selain Tuhanku, niscaya aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai kekasihku (khalilku), hanya saja, yang ada adalah persaudaraan Islam dan kasih sayang karena Islam. Tidak satu pun dari pintu masjid yang tidak ditutup kecuali pintu (bagi) Abu Bakar." [Shahih al-Bukhari, I/516]
EMPAT HARI SEBELUM WAFAT
Pada hari Kamis, empat hari sebelum Rasulullah s.a.w wafat, beliau berkata, pada saat sakitnya sangat parah, "Ke marilah kalian, aku tuliskan untuk kalian sebuah pesan yang kalian tidak akan tersesat setelahnya.
" Pada saat itu ada beberapa sesepuh sahabat di rumah beliau, di antaranya adalah Umar. Umar berkata, "Sesungguhnya rasa sakit telah mempengaruhi (kesadaran Rasulullah s.a.w), kalian telah memiliki al-Quran, maka cukuplah al-Quran bagi kalian." Maka terjadilah perselisihan dan pertengkaran di dalam rumah beliau, di antara mereka ada yang berkata, "Mendekatlah kalian, agar Rasulullah s.a.w menuliskan pesannya untuk kalian." Dan di antara mereka ada yang berkata seperti perkataan Umar. Ketika mereka semakin gaduh dan semakin ramai berselisih, Rasulullah s.a.w berkata, "Pergilah kalian dariku!" [Muttafaq 'Alaih, Misykatul Mashabih, jilid 11/548 dan Shahih al-Bukhari, 1/22, 429, 449,II/638]
Pada hari itu Rasulullah s.a.w mewasiatkan tiga perkara: yaitu berwasiat untuk mengeluarkan orang-orang Yahudi, Nasrani dan orang-orang musyrik dari jazirah Arab, dan berwasiat untuk memberikan penghargaan kepada para utusan (delegasi) sebagaimana yang telah beliau berikan kepada mereka sebelumnya. Sedangkan wasiat yang ketiga, periwayat hadith ini lupa, barangkali wasiat tersebut adalah wasiat untuk berpegang teguh kepada al-Quran dan as-Sunnah, atau pengiriman tentara Usamah, atau wasiatnya dalam sabda beliau, "Jagalah shalat dan budak-budak kalian."
Walaupun penyakit yang diderita Nabi s.a.w sangat parah, akan tetapi beliau masih sempat menunaikan semua shalatnya bersama jamaah para sahabatnya hingga hari itu, yakni hari Kamis, empat hari sebelum wafat, dan pada hari itu Rasulullah s.aw telah menunaikan shalat Maghrib bersama mereka, pada saat itu beliau membaca wal- Mursalati 'urfa." [Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Ummu Fadhl: Bab Maradhun Nabi, II/637.]
Pada waktu Isya, sakit Rasulullah s.a.w semakin parah, hingga beliau tidak bisa ke masjid.Aisyah berkata, "Rasulullah si bertanya, "Apakah orang-orang telah menunaikan shalat?"
Kami menjawab, "Belum wahai Rasulullah, akan tetapi mereka menunggumu."
Beliau berkata, "Siapkanlah untukku air di bejana."
Kami pun melaksanakannya, kemudian Rasulullah s.a.w mandi, ketika hendak bangkit beliau pingsan, dan tak lama kemudian beliau sedar, dan bertanya, "Apakah orang-orang telah menunaikan shalat?"
Maka terjadilah untuk kedua dan ketiga kalinya yang terjadi sebelumnya, yakni mandi kemudian pingsan ketika hendak bangkit. Beliau memerintahkan agar Abu Bakar menjadi imam. Pada hari-hari tersebut Abu Bakar mulai shalat bersama mereka [Muttafaq 'Alaih, Misykatul Mashabih, I/102.]
Pada hari-hari itu Abu Bakar telah menjadi imam sebanyak tujuh belas kali waktu shalat selama hidup Rasu-lullah s.a.w, yaitu shalat Isya' pada hari Kamis, shalat Shubuh pada hari Senin dan lima belas waktu shalat (yang lainnya) di antara harihari tersebut. Aisyah telah meminta kepada Nabi s.a.w tiga atau empat kali untuk memberhentikan Abu Bakar menjadi imam, supaya orang-orang tidak merasa pesimis dengannya [Untuk lebih jelasnya lihat Shahih al-Bukhari beserta Fathul Ban, VII/4747 hadits ke 4445, dan Shahih Muslim, kitab ash-Sha/ah, 1/313, hadits ke 93, 94] akan tetapi beliau menolaknya dan berkata, "Sesungguhnya kalian (seperti) wanitawanita yang merayu Yusuf, suruhlah Abu Bakar untuk tetap shalat bersama orang-orang (sebagai imam)." [Shahih al-Bukhari, I/99]
DUA HARI ATAU SEHARI SEBELUM WAFAT
Pada hari Sabtu atau hari Ahad Nabi s.a.w, merasakan penyakit pada dirinya berkurang, beliau keluar dengan dipapah dua orang untuk menunaikan shalat Zhuhur, sedangkan Abu Bakar tengah melakukan shalat bersama para sahabat (sebagai imam), ketika Abu Bakar melihatnya ia bergerak mundur. Rasulullah s.a.w memberi isyarat dengan kepalanya agar dia tidak mundur, beliau berkata, "Dudukkanlah saya di samping Abu Bakar," kemudian mereka berdua mendudukkan Rasulullah s.a.w di sebelah kiri, sehingga Abu Bakar mengikuti shalat Rasulullah s.a.w dan memperdengarkan takbir Rasulullah s.a.w kepada para jamaah [Ibid, 1/98, 99]
SEHARI SEBELUM WAFAT
Hari Ahad, sehari sebelum Nabi s.a.w wafat, beliau memerdekakan hambanya, dan bersedekah dengan enam atau tujuh dinar yang dimilikinya [Ibnu Sa'd, 11/237] serta memberikan senjata-senjatanya kepada kaum Muslimin. Di malam harinya Aisyah membawa lampunya kepada seorang tetangga perempuan. Aisyah berkata (kepada perempuan tersebut), "Berikanlah kepada kami sedikit dari minyak yang kamu miliki pada lampu kami ini."[ Ibid., 11/239]
Baju besi beliau pada saat itu masih tergadaikan kepada orang Yahudi dengan harga tiga puluh sha' (takar) gandum.[ Shahih al-Bukhari hadits ke 2068, 2096, 2200, 2251, 2252, 2386, 2509, 2513, 2916, 4167]
HARI TERAKHIR
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa pada saat kaum Muslimin shalat Shubuh pada hariSenin dan Abu Bakar menjadi imam mereka, Rasulullah s.a.w secara tiba-tiba mengagetkan mereka dengan membuka tirai kamar Aisyah untuk melihat mereka, sedangkan mereka berada pada barisan shalat. Rasulullah s.a.w tersenyum tertawa, maka Abu Bakar pun mundur ke belakang untuk mencapai shaf, karena mengira bahwa Rasululah s.a.w ingin keluar untuk menunaikan shalat. Anas berkata, "Hampir saja kaum Muslimin tergoda (hingga membatalkan shalat) karena bahagia dengan munculnya Rasulullah s.a.w, sehingga Rasulullah memberi isyarat dengan telunjuknya kepada mereka agar mereka menyempurnakan shalat. Setelah itu, beliau masuk ke dalam kamar dan menurunkan tirainya. [Ibid., bab Maradhun Nabim, 11/640] Kemudian Rasulullah s.a.w tidak mendapati lagi waktu shalat yang berikutnya. Ketika beranjak waktu Dhuha, Nabi s.a.w memanggil Fathimah, kemudian membisikkan sesuatu kepadanya, dan ia pun menangis. Kemudian memanggilnya lagi dan membisikkan sesuatu yang lainnya, ia pun tertawa. Aisyah berkata, Kami menanyakan (kepadanya) tentang hal itu, yakni pada hari-hari berikutnya, dan Fathimah menjawab, "Nabi s.a.w membisikkan kepadaku bahwa beliau akan meninggal pada sakit yang beliau derita saat itu, sehingga aku menangis, dan membisikkan kepadaku bahwa aku yang pertama kali dari keluarganya yang mengikutinya (meninggal) sehingga aku tertawa."[ Shahih al-Bukharl, 11/638]
Nabi s.a.w memberikan kabar gembira kepada Fathimah bahwa ia adalah penghulu para wanita di dunia. Riwayat lain menunjukkan bahwa dialog dan kabar gembira tersebut terjadi bukan pada hari terakhir Rasulullah s.a.w, tetapi terjadi pada minggu terakhir. [Rahmah III AIamin, I/282] Fathimah melihat penderitaan berat yang tengah dialami Rasulullah s.a.w, maka ia berkata, "Betapa menderitanya engkau, wahai ayahku." Nabi s.a.w berkata, "Tidak ada cobaan lagi yang akan menimpa ayahmu setelah hari ini." [ Shahih al-Bukhari, 11/641 ]
Nabi s.a.w memanggil al-Hasan dan al-Husain, kemudian mencium keduanya dan berwasiat kepada mereka untuk selalu berbuat baik. Selanjutnya beliau memanggil isteri-isteri nya kemudian menasihati mereka dan mengingatkan mereka. Penyakit Rasulullah s.a.w semakin parah dan bertambah berat, dan muncul (pada tubuhnya) pengaruh racun yang pernah dimakannya pada saat perang Khaibar, dan beliau berkata, "Wahai Aisyah, aku masih merasakan sakit (akibat racun) makanan yang aku makan pada saat perang Khaibar, sehingga pada saat ini aku merasakan urat nadiku terputus karena racun tersebut." [Ibid, 11/637]
Beliau menutupkan pakaiannya ke wajahnya, kemudian membukanya kembali dan berkata di mana ini merupakan akhir perkataan dan wasiat yang disampaikannya kepada manusia, "Laknat Allah atas orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid," beliau mengingatkan akan
sesatnya perbuatan mereka, "Tidak boleh ada dua agama di bumi Arab ini." [Shahih al-Bukhari ten syarahnya al-Fath, 1/634: hadits ke 435, 1330, 1390, 3453, 3454, 4441, 4443, 4444, 5815, 5816 dan Ibnu Sa'd, 11/254]
Kemudian beliau berwasiat kepada manusia, seraya berkata, "Jaga-lah shalat! Jagalah shalat! Dan budak-budak kalian (jangan sekali-kali kalian abaikan)." Beliau mengulang-ulangnya hingga beberapa kali. [Ibid, 11/637]
DETIK-DETIK KEMATIAN
Detik-detik kematian telah tiba, Aisyah menyandarkan tubuh beliau kepadanya, ia berkata, "Termasuk di antara nikmat Allah yang diberikan kepadaku, adalah bahwa Rasulullah s.a.w wafat dirumahku, di antara paru-paruku dan tenggorokanku, Allah mengumpulkan antara ludahku dan ludahnya pada saat kematiannya. Abdurrahman bin Abu Bakar masuk, di tangannya ada sepotong siwak, sedangkan Rasulullah s.a.w bersandar pada tubuhku, aku melihat Rasulullah s.a.w memandang siwak tersebut dan aku tahu bahwa ia menyukai siwak, aku berkata kepadanya, "Maukah aku ambilkan untukmu?" Beliau menganggukkan kepalanya bertanda mengiyakan, kemudian aku berikan siwak tersebut kepadanya, akan tetapi siwak tersebut sangat keras baginya, sehingga aku bertanya kepadanya, "Maukah aku lunakkan untukmu?" Beliau mengisyaratkan dengan kepalanya bertanda mengiyakan, maka aku pun melunakkannya, kemudian Rasulullah s.a.w menggosokkan-nya pada giginya. Di dalam sebuah riwayat lainnya disebutkan, bahwa beliau bersiwak dengan sebaik-baiknya sebagaimana kita lakukan. Di depan beliau ada sebuah bejana berisi air, lalu beliau memasukkan kedua tangannya ke dalam air tersebut kemudian mengusapkannya ke wajahnya kemudian berkata, "La ilaha illallah, sesungguhnya kematian itu mengalami sekarat." [Shahih a/-Bukhari Bab Maradhun Nabi, II/640]
Tak berapa lama selesai bersiwak, Rasulullah s.a.w mengangkat tangan atau jarinya dan menatapkan pandangannya ke atap, kedua bibirnya bergerak, dan Aisyah mendengarkannya, Beliau berkata, "Bersama-sama dengan orang-orang yang telah Engkau anugerahi nikmat, yaitu: para nabi, ash-shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Ya Allah, ampunilah dan kasihanilah aku, pertemukan aku dengan Kekasih Yang Mahatinggi, ya Allah Kekasih Yang Mahatinggi. " [Shahih al-Bukhari pada bab Maradhun Nabi, dan bab lain: akhiru ma takallama an-Nabi s.a.w , II/638, 639, 640, 641]
Beliau mengulangi kalimat yang terakhir ini tiga kali, kemudian tangannya miring dan beliau pun akhirnya berjumpa dengan kekasih Yang Mahatinggi, Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Kejadian ini berlangsung pada saat waktu Dhuha sedang panas-panasnya,iaitu pada hari Senin 12 Rabi'ul Awwal tahun 11 Hijriyah, umur beliau saat itu telah mencapai 63 tahun lebih empat hari.
No comments:
Post a Comment